Hari ini, begitu banyak hal yang menyadarkan betapa rapuhnya aku sebagai manusia. Hari-hari yang kulalui banyak meninggalkan pelajaran pelajaran berharga, kusadari kini.
Mungkin ini peringatan dari Allah, yang memperlihatkan betapa Agung Kuasa-Nya.
Pernahkah aku berpikir atau berencana untuk menyelesaikan pendidikan hingga tingkat Sarjana? Tidak. Hari-hari kulewati tanpa impian ini. Allah mendengar bisikku dalam hati, bahwa kala itu aku belum ingin bekerja, aku masih ingin sekolah. Urusan biaya? Belum aku rencanakan. Hingga melalui perantaraNya lah, Allah memberikan jalan. Aku memiliki teman-teman yang aktif mencari informasi beasiswa untuk kuliah, dan berkat mereka lah, pikiranku terbuka dan meyakinkan diri untuk mencoba mendaftarkan diri. Dan alhamdulillah, tanpa babibu, kami yang berusaha dan didorong dengan doa dan restu kedua orang tua, akhirnya diterima bersama-sama di Universitas yang kami dambakan.
Seminggu, dua minggu, sebulan hingga berganti tahun, banyak hal yang kulalui. Sebagai mahasiswa baru, yang banyak mendengar cerita sana-sini, kadang aku menjadi pesimis. Pernah aku mendengar percakapan beberapa mahasiswa, entah di mana tepatnya aku tidak ingat. Mereka menyatakan bahwa, di Fakultasku sulit untuk masuk, apalagi keluarnya (read: Lulus). Seketika, aku takut. Aku yang masih seumur jagung di Fakultas ini, menjadi pesimis. Wow, 2 tahun lagi, sesuai rencana beasiswa aku harus lulus. Disitu aku berpikir keras, apaaa yaa tema untuk skripsi ku. Bisakah aku lulus tepat waktu?
Lagi lagi, melalui perantaraNya lah, Allah membukakan jalan. Aku dianugerahi teman-teman yang memiliki semangat juang tinggi. Semangat untuk berkarya, bersosial, dan berbagi. Dilain sisi, aku pun diperkenankan untuk dibimbing oleh dosen-dosen yang selalu mengingatkan dan memotivasi untuk menyelesaikan karya kecil kami. Hingga akhirnya, dengan bantuan mereka, lembar Ijazah dapat aku terima.
Hari-hari masih berlanjut seperti biasa, penuh pertanyaan pertanyaan yang belum aku persiapkan jawabannya. Sampai suatu ketika, aku diberi kesempatan untuk bertemu teman-teman yang Alhamdulillah, membuatku ingin menjadi baik (emang engga baik akunya :v). Meskipun perjalanan menuju tempat itu cukup jauh, 28 KM, asalkan mendapat restu dari kedua orangtuaku dan selama itu baik, insyallah akan kujalani. Bersyukur aku diberi keselamatan. Semua itu tak luput dari perpanjangan tangan-Nya untuk selalu melindungiku.
Hingga semakin jauh jarum jam berputar, dan lembar kalender kutanggalkan, masih banyak pelajaran yang aku peroleh. Kesederhanaan. Disini aku sedikit belajar mengenai memenuhi kebutuhan hidup, bukan mengejar gaya hidup. Tak perlu menghamburkan uang untuk sesuatu yang tidak begitu dibutuhkan. Istilahnya, makan itu untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Ya, pasti tahulah, seyogyanya hidup itu untuk beribadah. Keikhlasan dan ketabahan, juga aku dapatkan dari mereka. Terkadang dengan lancangnya aku bertanya dalam doa, "Mengapa aku tidak seberuntung mereka ya Allah?" Hingga akhirnya, aku mendapat hidayahnya melalui kisah-kisah mereka yang bahkan tak lebih beruntung dari aku.
Bagaimana bisa, aku mengeluh mengenai rizkiku saat yang lain dalam berjuang menyelesaikan sekolah pun susah. Bagaimana bisa aku lalai dalam sholatku, saat aku diberi kesehatan dan kesempatan untuk hidup lebih lama, sedangkan ada, mereka, yang siap tidak siap harus segera kembali menghadap-Nya.
Sungguh, aku pun bersyukur diberi kelonggaran waktu untuk memperbaiki diri. Bersyukur, dipertemukan sosok-sosok inspiratif sederhana dan mengena. Aku pun sadar, masih banyak tindak tandukku yang mengecewakan pribadi yang lainnya. Meski demikian, aku selalu meminta kepada-Nya untuk selalu memberikanku peringatan untuk kembali ke jalan lurus-Nya.
Tetaplah berusaha, apapun hasilnya.